Minggu, 20 Januari 2013

Pertumbuhan Penduduk Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami.
Migrasi ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi). Dengan kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat dicegah. Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau mencolok.
Sesuai dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka tiap-tiap masyarakat atau negara, pertumbuhan penduduknya mengalami 4 periode yaitu:
  • Periode I
Pada periode ini pertumbuhan penduduk berjalan dengan lambat yang ditandai dengan adanya tingkat kelahiran dan kematian yang rendah sehingga disebut periode statis.
  • Periode II
Tahap kedua ini angka kematian mulai turun karena adanya perbaikan gizi makanan dan kesehatan. Akibat dari itu semua pertumbuhan penduduk menjadi cepat mengingat angka kelahiran yang masih tinggi.
  • Periode III
Periode ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan penduduk mulai turun. Tingkat kematian pada periode ini stabil sampai pada tingkat rendah dan angka kelahiran menurun, penyebabnya antara lain adanya pembatasan jumlah anggota keluarga.
  • Periode IV
Pada masa ini tingkat kematian stabil, tetapi tingkat kelahiran menurun secara perlahan sehingga pertumbuhan penduduk rendah. Periode ini di sebut periode penduduk stasioner.
Dari empat periode di atas, pertumbuhan penduduk Indonesia berada pada periode kedua dan sekarang sedang menuju periode ketiga

1.2   Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus membengkak. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran di Indonesia pada umumnya di bawah 5 persen dan pada tahun 1997 sebesar 5,7 persen. Tingkat pengangguran sebesar 5,7 persen masih merupakan pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Tingkat pengangguran alamiah ini sekitar 5 - 6 persen atau kurang. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 5 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).
Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).




BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama kearah tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu negara dapat menentukan serangkaian sasaran ekonomi secara kuantitatif dalam periode tertentu. Melalui perencanaan pembangunan suatu negara dapat memobilisasi sumber daya yang terbatas untuk memperoleh hasil yang optimal dengan lancar, progresif dan seimbang. Hal seperti ini tidak akan dicapai dengan menye-rahkan begitu saja pada mekanisme pasar seperti yang dipercayai kaum klasik.
Menyadari hal yang demikian, maka sejak Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia telah menyusun perencanaan pembangunan ekonomi yang komprehensif dan parsial. Pada masa Soekarno menjadi Presiden telah dibuat perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dikenal dengan Pemba-ngunan Rakyat Semesta (Permesta) dan pada pemerintahan Soeharto telah disusun pula perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), mulai dari Repelita I hingga Repelita VI. Dalam melaksanakan REPELITA tersebut, mulai Pelita I hingga Pelita V, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia selalu mengacu pada konsep “Trilogi Pembangunan” yang meliputi:
1.      Stabilitas (ekonomi) nasional,
2.      Pertumbuhan ekonomi, dan
3.      Pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) cukup tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun dan adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari sebesar 70 US$ (1970) menjadi 1080 US$ pada tahun 1996 (World Bank 2005) merupakan dampak dari semakin rendahnya tingkat inflasi yang terjadi. Pada awal pembangunan PJP I, tingkat inflasi di Indonesia (1965) mencapai 650 persen. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah Indonesia
dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen. Keberhasilan menekan tingkat inflasi sedemikian rupa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita rakyat Indonesia yang meningkat cukup signifikan.
Sejak dimulainya pembangunan Lima Tahun I (Pelita I) tahun 1969 hingga berakhirnya Pelita V (1994) atau selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP I), pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun. Pendapatan per kapita telah pula meningkat dari 70 US$ pada tahun 1970 menjadi 950 US$ tahun 1990 dan meningkat lagi menjadi 1080 US$ pada tahun 1996. Ini berarti bahwa, selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama pendapatan per kapita Indonesia telah meningkat sekitar 15 kali lipat dibandingkan dengan pendapatan per kapita pada tahun 1970. Dilihat dari pendapatan per kapita ini, maka pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia selama PJP I ini dapat dikatakan berhasil dan sukses.
Perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) yang cukup tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun dan adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari sebesar 70 US$ menjadi di atas 1000 US$ merupakan dampak dari semakin rendahnya tingkat inflasi yang terjadi. Pada awal pem-bangunan PJP I, tingkat inflasi di Indonesia (1965) mencapai 650 persen. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen.

2.2   Keterkaitan Masalah Kependudukan dengan Pembangunan Ekonomi
Masalah kependudukan erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi. Selain menyangkut produk nasional riel dan produk per kapita riel, juga terjadi perubahan- perubahan institutional dan perubahan-perubahan struktural ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin dari perubahan atau pergeseran peranan sumbangan sektor- sektor ekonomi dalam produk dan pendapatan nasional.
Masalah kepadatan penduduk, kecepatan perkembangannya, penyebarannya yang tidak merata, produktivitas rata- rata yang relative rendah, pengangguran dan masalah underitilized dari angkatan kerja tersebut, telah lama menjadi pusat perhatian dan merupakan bagian dari sasaran perbaikan dalam strategi pembangunan Indonesia. Dengan demikian perlu disadari, bahwa pemecahan untuk masalah- masalah tersebut meliputi aspek- aspek perluasan pendidikan dan peningkatan keterampilan, pembinaan dan pengembangan kewiraswastaan yang memungkinkan tumbuhnya self creating jobs ataupun self employment, di samping peningkatan dan perluasan investasi yang lebih berorientasi kepada kegiatan- kegiatan yang padat karya dan program-program konvensional lain seperti keluarga berencana dan transmigrasi.
Pertumbuhan penduduk di kebanyakan negara yang ekonominya tengah berkembang adalah akibat tingkat kelahiran yang tinggi dibarengi oleh tingkat kematian yang menurun. Tingkat kelahiran yang tinggi ini dalam banyak hal menyebabkan bahwa pola usia penduduk cenderung pada usia anak- anak, sehingga penduduk yang dewasa dan menduduki yang secara ekonomis adalah usia paling produktif, berkurang secara proposional. Tingkat kematian menurun terutama pada lapisan penduduk berusia rendah, seperti bayi dan anak- anak, sehingga proposi anak meningkat. Struktur penduduk dengan pola usia dan burden of dependency seperti ini pada umumnya tidak menumbuhkan semangat pembangunan.
Penyebab utama perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang bertumpu pada perbedaan tingkat kelahiran. Kesenjangan tingkat kematian antara Negara-negara maju dan berkembang semakin lama semakin kecil. Penyebab utamanya adalah membaiknya kondisi kesehatan di seluruh Negara-negara dunia ketiga. Bagi kebanyakan Negara berkembang, tingkat kematian bayi telah mengalami penurunan besar selama beberapa decade terakhir sehingga harapan hidup menjadi lebih lama.


2.3   Teori Pendukung Keterkaitan Pertumbuhan Penduduk dengan Pembangunan Ekonomi
2.3.1       Teori jebakan populasi Malthus
Jumlah penduduk di suartu Negara akan menigkat sangat cepat sesuai dengan deret ukur atau tingkat geometric. Sementara, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu factor produksi yang jumlahnya tetap, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau deret aritmatik. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai dengan kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan per kjapita cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang kronis tersebut adalah dengan “penanaman kesadaran moral” di kalangan segenap penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran.
Jika pendapatan agregat dari suatu Negara meningkat lebih cepat maka secara definitive pendapatan per kapita juga meningkat. Seandainya pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada peningkatan pendapatan total, maka dengan sendirinya pendapatan per kapita akan menurun. Bila makin banyak penduduk maka saving dan investasi juga makin tinggi sehingga pendapatan per kapita meningkat. Namun jika terlalu banyak saving, pendapatan per kapita bisa menurun.
Bangsa-bangsa miskin tidak bisa bangkit dari pendapatan subsisten tanpa pengendalian preventif (pengendalian kelahiran). Atau, pertambahan penduduk hanya bisa dihambat dengan pengendalian positif (kelaparan, penyakit, perang).

Ada dua kelemahan teori Malthus:
1.    Model ini tidak memperhitungkan kemajuan teknologi dan dampaknya yang besar dalam peningkatan produksi tanah. Jika teknologi dimasukkan dalam model ini maka pada semua tingkat pendapatan per kapita posisinya selalu lebih tinggi dari kurva pertumbuhan penduduk.
2.    Tidak ada korelasi pasti dan jelas antara laju pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita di kalangan Negara-negara dunia ketiga. Tingkat kelahiran tidak memiliki hubungan yang baku dengan tingkat pendapatan per kapita.
Alasan penolakan atas model Malthus:
1.    Malthus tidak memperhitungkan perkembangan teknologi yg bisa menciptakan increasing return to scale.
2.    Hipotetis mengenai hubungan (makro) antara pertumbuhan penduduk dengan pendapatan perkapita, secara empiris tidak terbukti.
3.    Teori tersebut bertumpu pada variabel ekonomi yang keliru yaitu tkt pendapatan perkapita sebagai determinan utama pertumbuhan penduduk.


2.3.2          Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
Teori ini Mengadopsi teori perilaku konsumen konvensional. Anak dianggap sebagai barang konsumsi (tidak memberi keuntungan). Permintaan anak merupakan pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen. Pilihan tsb mengorbankan pilihan (barang) lain. Keinginan punya anak dipengaruhi oleh income, harga anak (biaya hidup) dan keinginan mengkonsumsi barang lain (efek substitusi dan pendapatan).
1.      Permintaan terhadap anak berhubungan positif dengan pendapatan
2.      Permintaan terhadap anak berhubungan negative terhadap harga relative (biaya pemeliharaan) anak serta preferensi untuk barang-barang lain.

2.3.3    Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi 2 :
1.      Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
a. Frederich list (1789- 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich listber adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga). Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi dibagi 4 sebagai berikut :


1.      Masa berburu dan mengembara
Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangatmengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidupsendiri
2.      Masa berternak dan bertanam
Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam
3.      Masa Bertani dan kerajinan
Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan.
4.      Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.
Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagaikebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industrikerajinan menjadi industri besar.
b. Karu Bucher (1847- 1930)
Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4
1.       Rumah tangga tertutup
2.      Rumah tangga kota
3.      Rumah tangga bangsa
4.      Rumah tangga dunia
c. Werner sombart (1863- 1947)
1.      Prakapitalisme (Varkapitalisme)
2.      Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)
3.      Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)
4.      Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)
d. Walt Whitmen Rosfow (1916- 1979)
1.      Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)
2.      Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)
3.      Lepas landas cake off)
4.      Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)
5.      Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)

2.      Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik
Teori pertumbuhan menurut Adam Smith An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib) Pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua fakto yang saling berkaitan :   1. Pertumbuhan penduduk
2. Pertumbuhan output total
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1.      sumber-sumber alam
2.      tenaga kerja (pertumbuhan penduduk
3.      jumlah persediaan
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hinggamenjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas RobertMalthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut derethitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurutderet ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saatperekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.
Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik
1. Robert Sollow Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama.Yaitu modal dan tenaga kerja.
2. RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dandomar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) danproduktivitas tenaga kerja.
3. J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanyaproses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yangdilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.
2.4       Hal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan pendududuk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu factor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benar- benar akan memberikan dampak positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya. Sebenarnya, hal tersebut (positif atau negativenya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonimian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi stabilitas, baik stabilitas politik maupun sosial, berkat pengaruhnya kepada pencapaian keseimbangan di dalam negeri dan peningkatan jumlah penduduk sebagai sumber kekuasaan politik dan militer. Stabilitas serupa ini dapat memberikan motivasi pembangunan.
Pertumbuhan penduduk tidaklah apriori yang bersifat merugikan atau apriori yang bersifat menguntungkan pembangunan. Pertumbuhan penduduk memiliki kemampuan untuk memberi pengaruh yang bersifat baik dan buruk. Maka net-effect dari kedua kekuatan yang menambah dan mengurangi pendapatan merupakan hasil akhir dari pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan. Hasil akhir serupa ini dapat berbeda- beda untuk masing- masing negara. Hal ini bergantung kepada kondisi- kondisi yang memungkinkan faktor- factor mana yang terutama dapat berlaku. Untuk keperluan analisis kita adalah penting untuk menjelajah sampai berapa jauh pertumbuhan penduduk memberi pengaruh kepada pembangunan ekonomi Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA



1 komentar: