Minggu, 20 Januari 2013

Upaya Mencegah Dampak Negatif Herbisida



Upaya Mencegah Dampak Negatif Herbisida
Penyiang gulma atau herbisida (dari bahasa Inggris herbicide) adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil (gulma). Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan "asing" ini (lihat artikel tentang gulma).
Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti patiasam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang "normal" dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan.
Contoh:
·         glifosat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat.
·         fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin sintase.
Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air.
Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit.
Dampak negatif penggunaan herbisida yang lain adalah timbulnya resistensi (katahanan) gulma sasaran. Resistensi gulma terjadi bila respon gulma terhadap perlakuan herbisida menurun karena pengaruh perlakuan sebelumnya. Untuk membunuh jenis gulma resisten ini diperlukan dosis herbisida yang lebih tinggi, tetapi berakibat biaya bertambah mahal dan resiko pencemaran yang lebih tinggi. “Penggunaan herbisida non selektif yang dapat membunuh semua jenis tumbuhan sebaiknya dihindarkan, karena jenis-jenis gulma yang berperanan sebagai inang musuh alami hama terbunuh demikian pula jenis-jenis tumbuhan liar yang belum diketahui manfaatnya ikut terbunuh. Dengan demikian sumberdaya genetik yang sebenarnya sangat diperlukan menjadi hilang.
Pencemaran dari residu herbisida sangat membahayakan bagi lingkungan dan kesehatan, sehingga pelu adanya pengendalian dan pembatasan dari penggunaan herbisida tersebut serta mengurangi pencemaran yang diakibatkan oleh residu herbisida. Kebijakan global pembatasan penggunaan herbisida kimiawi yang mengarah pada pemasyarakatan teknologi bersih (clean technology) yaitu pembatasan penggunaan herbisida kimiawi untuk penanganan produk-produk pertanian.
Dalam hal ini berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi dampak negatif herbisida dan mencegah pencemaran lebih berlanjut lagi.
Peraturan dan Pengarahan Kepada Para Pengguna
Peraturan dan cara-cara penggunaan herbisida dan pengarahan kepada para pengguna perlu dilakukan, karena banyak dari pada pengguna yang tidak mengetahui bahaya dan dampak negatif herbisida terutama bila digunakan pada konsentrasi yang tinggi, waktu penggunaan dan jenis herbisida yang digunakan. Kesalahan dalam pemakaian dan penggunaan herbisida akan menyebabkan pembuangan residu herbisida yang tinggi pada lingkungan pertanian sehingga akan menganggu keseimbangan lingkungan dan mungkin organisme yang akan dikendalikan menjadi resisten dan bertambah jumlah populasinya. Untuk melindungi keselamatan manusia dan sumber-sumber kekayaan alam khususnya kekayaan alam hayati, dan supaya pestisida dapat digunakan efektif, maka peredaran, penyimpanan dan penggunaan pestisida(insektisida, fumisida, herbisida, dll) diatur dengan Peraturan PemerintahNo. 7 Tahun 1973.
Penelitian yang Mendukung Kepada Usaha Pelestarian Lingkungan
Dengan sernakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan, maka semakin rneningkat pula tuntutan masyarakat akan proses usaha tani yang ramah lingkungan dan produk pertanian yang lebih aman. Salah satu alternatif usaha pemberantasan gulma pertanian dan perkebunan adalah menggunakan bioherbisida. Bioherbisida adalah suatu jenis herbisida yang bahan aktifnya dapat berupa hasil metabolisme jasad renik atau jasad renik itu sendiri. Serangga yang merupakan musuh alami dari tumbuhan pengganggu dapat juga dikategorikan sebagai bioherbisida. Bioherbisida belum banyak digunakan dalam usaha pertanian maupun perkebunan, tetapi sudah banyak penelitian yang dilakukan mengenai prospek penggunaan bioherbisida.
Pengembangan teknik bioassay sebagai metode deteksi residu herbisida dalam tanah dan air menunjukkan bahwa untuk mendeteksi residu herbisida diuron melalui bioassay, tanaman indikator yang tepat adalah mentimun, baik menggunakan metode cawan petri, pot tanah, maupun cairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu teknik deteksi keberadannya.
            Herbisida dalam tanah dan air dengan cara yang sederhana, m udah, dan murah, tetapi
akurat, melalui metode bioassay menggunakan tanaman indikator. Teknik ini
diharapkan dapat digunakan untuk membantu mendeteksi tingkat residu herbisida dalam suatu lahan budidaya ataupun tingkat pencemaran herbisida dalam tanah dan air dengan cepat dan mudah. Dalam rangka mencapai tujuan di atas, pada tahun pertama target khusus yang ingin dicapai adalah membuat kurva standar yang akurat dan menentukan spesies tanaman indikator yang tepat untuk metode bioassay yang dikembangkan bagi 5 herbisida yang paling banyak dipakai di Indonesia, yaitu diuron, 2,4-D, ametrin, paraquat, dan glifosat.





DAFTAR PUSTAKA

            diakses 1 November 2012
Wikipedia. 2009. Herbisida (On-line).http://id.wikipedia.org/wiki/Herbisida.
diakses  1 November 2012.O   

1 komentar:

  1. The History of the Casino - One of the Most Popular Casinos
    A poormansguidetocasinogambling relative newcomer to the world of online gambling, 출장안마 Wynn Las Vegas opened its casinosites.one doors to a new 바카라 사이트 audience https://febcasino.com/review/merit-casino/ of over 600,000 in 2017. This was the first casino

    BalasHapus