Minggu, 20 Januari 2013

Gambar Tangan Anime


Anime Kamu Sendiri

Sahabat  aku  Denisa Jurina punya bakat gambar yang luar biasa, dia jago bikin gambar pribadi seseorang dalam bentuk anime. Awal bakat dia karena dia suka banget ama yang namanya komik ( aq juga sich :D).

Aku bangga punya  temen kayak dia, bahkan dia sering dapet obyekan gambar, lumayan upah dia gambar biasanya cukup buat kita-kita untuk ditraktir. Karena pemula tarif dia gambar ga mahal, tapi lumayan buat tambah2 uang jajan.

Ini beberapa contoh gambar dia...










Analisis Sensitivitas




ANALISIS SENSITIVITAS (SENSITIVITY ANALYSIS)

Nilai-nilai parameter dalam studi ekonomi teknik biasanya diestimasikan besarnya, akibatnya nilai-nilai tersebut mempunyai factor kesalahan. Mungkin lebih besar atau lebih kecil dari hasil estimasi yang diperoleh atau berubah pada saat-saat tertentu. Perubahan yang terjadi pada nilai-nilai parameter akan mengakibatkan perubahan pada hasil yang ditunjukkan oleh suatu alternative investasi. Perubahan ini memungkinkan keputusan akan berubah dari satu alternative ke alternative yang lain.
Apabila berubahnya factor-faktor atau parameter-parameter tersebut mengakibatkan berubahnya suatu keputusan, maka keputusan tersebut dikatakan sensitive terhadap perubahan nilai parameter atau factor tersebut.
            Untuk mengetahui seberapa sensitive suatu keputusan terhadap perubahan faktor atau parameter yang mempengaruhinya maka setiap pengambilan keputusan seharusnya disertai dengan analisa sensitivitas. Analisa sensitivitas akan memberikan gambaran sejauh mana suatu keputusan akan konsisten meskipun terjadi perubahan factor-faktor atau parameter-parameter yang mempengaruhinya.
            Analisa sensitivitas dilakukan dengan mengubah nilai suatu parameter pada suatu saat untuk selanjutnya dilihat bagaimana pengaruhnya terhadap akseptabilitas suatu alternative investasi. Parameter-parameter yang biasanya berubah dan perubahannya dapat mempengaruhi keputusan adalah biaya investasi, aliran kas, nilai sisa, tingkat bunga, tingkat pajak, dan sebagainya.
Analisa sensitivitas dapat dipakai pula untuk memprediksi keadaan apabila terjadi perubahan yang cukup besar, misalnya terjadi perubahan bobot prioritas atau urutan prioritas dan kriteria karena adanya perubahan kebijaksanan sehingga muncul usulan pertanyaan bagaimana urutan prioritas alternatif yang baru dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dalam suatu hirarki tiga level, level dua dan hirarki tersebut dapat disebut sebagai variabel eksogen sedangkan level tiganya adalah variabel endogen. Analisa sensitivitas dan hirarki tersebut adalah melihat pengaruh dan perubahan pada variabel eksogen terhadap kondisi variabel endogen.

Apabila dikaitkan dengan suatu periode waktu maka dapat dikatakan bahwa analisa sensitivitas adalah unsur dinamis dari sebuah hirarki. Artinya penilaian yang dilakukan pertama kali dipertahankan untuk suatu jangka waktu tertentu dan adanya perubahan kebijaksanaan atau tindakan yang cukup dilakukan dengan analisa sensitivitas untuk melihat efek yang terjadi. Analisa sensitivitas ini juga akan menentukan stabil tidaknya sebuah hirarki. Makin besar deviasi atau perubahan prioritas yang terjadi maka makin tidak stabil hirarki tensebut. Meskipun begitu, suatu hirarki yang dibuat haruslah tetap mempunyai sensitivitas yang cukup, artinya kalau ada perubahan pada variabel eksogen, minimal ada perubahan bobot prioritas pada variabel endogen meskipun tidak terlalu besar.
Analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari perubahan parameter-parameter produksi terhadap perubahan kinerja sistem produksi dalam menghasilkan keuntungan.
 Dengan melakukan analisis sensitivitas maka akibat yang mungkin terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi sebelumnya.
Contoh:
- Perubahan biaya produksi dapat mempengaruhi tingkat kelayakan
 Alasan dilakukannya analisis sensitivitas adalah untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan berikut:
 1.Adanya cost overrun, yaitu kenaikan biaya-biaya, seperti biaya konstruksi, biaya bahan-baku, produksi, dsb.
2.Penurunan produktivitas
 3.Mundurnya jadwal pelaksanaan proyek
 Setelah melakukan analisis dapat diketahui seberapa jauh dampak perubahan tersebut terhadap kelayakan proyek: pada tingkat mana proyek masih layak dilaksanakan.
Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, B/C ratio, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi.
Mudah dilakukan dalam software spreadsheet.
Text Box: Contoh soal
Sebuah penggilingan padi mempunyai arus kas seperti terlihat pada tabel 6.12. Pada tabel tersebut juga telah dilakukan penyelesaian dengan menghitung nilai NPV, IRR dan B/C. Analisis dilakukan pada tingkat discount factor 15% per tahun.

Tabel 6.12. Analisis penggilingan padi (dalam ribu Rp)

Tahun C B B-C DF 15% NPV 15% DF 30% NPV 30% DF 50%  NPV 50%
0 5000 0 -5000 1 -5000 1 -5000 1 -5000
1 3000 4000 1000 0.87 870 0.769 769 0.667 667
2 2500 4000 1500 0.756 1134 0.592 888 0.444 666
3 2500 5000 2500 0.658 1645 0.455 1137.5 0.296 740
4 2000 5000 3000 0.572 1716 0.35 1050 0.198 594
5 2000 5000 3000 0.497 1491 0.269 807 0.132 396
6 2000 5000 3000 0.432 1296 0.207 621 0.088 264
7 2000 5000 3000 0.376 1128 0.159 477 0.059 177
8 2000 7000 5000 0.327 1635 0.123 615 0.039 195
    NPV =  5915  1364.5  -1301
Hasil analisis:
NPV (pada tingkat discount rate 15% per tahun) = Rp 5915
Net B/C =    
   =  2.183
IRR    = 30 +  
  = 40.24%
Setelah pelaksanaan terjadi perubahan dalam biaya operasi, yang besarnya 30% dari perhitungan biaya semula. Setelah dilakukan analisis sensitivitas, maka hasil analisis disajikan pada Tabel 6.13.
Tabel 6.13. Analisis penggilingan padi (dalam ribu Rp) setelah terjadi perubahan biaya
Tahun C B B-C DF 15% NPV 15% DF 30% NPV 30%
0 5000 0 -5000 1 -5000 1 -5000
1 3900 4000 100 0.87 87 0.769 76.9
2 3250 4000 750 0.756 567 0.592 444
3 3250 5000 1750 0.658 1151.5 0.455 796.25
4 2600 5000 2400 0.572 1372.8 0.35 840
5 2600 5000 2400 0.497 1192.8 0.269 645.6
6 2600 5000 2400 0.432 1036.8 0.207 496.8
7 2600 5000 2400 0.376 902.4 0.159 381.6
8 2600 7000 4400 0.327 1438.8 0.123 541.2
    NPV =  2749.1  -777.65
Hasil analisis:
NPV (pada tingkat discount rate 15% per tahun) = Rp 5915000
Net B/C =  
  = 1.55
IRR    = 15 +  
  = 29.59%
Setelah dilakukan analisis sensitivitas ternyata ada perubahan hasil yaitu penurunan nilai NPV, B/C, dan IRR. Penurunan yang terjadi masih di atas batas kelayakan, sehingga perusahaan penggilingan padi tersebut masih layak untuk diteruskan dalam kondisi peningkatan biaya seperti di atas.

MIGRASI pada tugas Dasar Kependudukan


1.Pengertian Migrasi
Migrasi adalah penghijrahan sekumpulan manusia dari satu negara ke satu negara yang lain untuk meningkatkan taraf hidup dan ekonomi mereka. Sebagai contohnya pada tahun ke-5 kerasulan, Nabi Muhammad S.A.W dan para sahabat telah melakukan proses penghijrahan atau migrasi dari Mekah ke Madinah untuk mempertahankan akidah dan agama Islam.
 Menurut Knox & Pinc (2000) zamam modern perubahan migrasi yaitu meningkatnya jumlah penduduk dari suatu daerah, meningkatnya kepadatan penduduk dan dalam waktu yang sama meningkatkan juga perbedaan dan stratafikasi sosial penduduk.
Menurut Vago (1999) melalui teori ini perubahan sosial berkait rapat dengan perubahan dimensi diperingkat lokal, wilayah dan global yang di dukung dengan perubahan tenologi. Ruang  lingkup evoluasi perubahan sosial termasuklah dalm aspek perubahan manusia,stratafikasi sosial,pendidikan dan ekonomi. Dampak kepada evoluasi perubahan sosial itu ia memberi kesan kepada corak,struktur dan organisasi sosial masyarakat bandar.
Menurut E.G.Ravenstein (2001) arus dan arus balik, artinya setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik penggantiannya perbedaan antara desa dan kota mengenai kecenderungan melakukan imigrasi. Wanita melakukan nigrasi pada jarak dekat dibandingkan pria Teknologi dan Imigrasi, artinya bahwa teknologi  menyebabkan migrasi meningkat motif ekonomi merupakan dorongan utama orang melakukan migrasi
Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Mobilitas penduduk ada yang bersifat nonpermanen (sementara) misalnya turisme baik nasional maupun internasional, dan ada pula mobilitas penduduk permanen (menetap). Mobilitas penduduk permanen disebut migrasi. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dengan melewati batas negara atau batas administrasi dengan tujuan untuk menetap.
2. Jenis-jenis Migrasi

Migrasi dapat terjadi di dalam satu negara maupun antarnegara. Berdasarkan hal tersebut, migrasi dapat dibagi atas dua golongan yaitu :
a.
Migrasi Internasional, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lainnya. Migrasi internasional dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :
*
Imigrasi, yaitu masuknya penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan menetap. Orang yang melakukan imigrasi disebut imigran
*
Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara ke negara lain. Orang yang melakukan emigrasi disebut emigrant

Remigrasi atau repatriasi, yaitu kembalinya imigran ke negara asalnya

b.

*

Migrasi Nasional atau Internal, yaitu perpindahan penduduk di dalam satu negara. Migrasi nasional /internal terdiri atas beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
Urbanisasi, yaitu perpindahan dari desa ke kota dengan tujuan menetap. Terjadinya urbanisasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut :

1. Ingin mencari pekerjaan, karena di kota lebih banyak lapangan kerja dan upahnya tinggi
2. Ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
3. Ingin mencari pengalaman di kota
4. Ingin lebih banyak mendapatkan hiburan dan sebagainya

*
Transmigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari pulau yang padat penduduk ke pulau yang jarang penduduknya di dalam wilayah republik Indonesia. Transmigrasi pertama kali dilakukan di Indonesia pada tahun 1905 oleh pemerintah Belanda yang dikenal dengan nama kolonisasi. Berdasarkan pelaksanaannya, transmigrasi di Indonesia dapat dibedakan atas :
#

#


#

#
Transmigrasi Umum, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan dan dibiayai oleh pemerintah
Transmigrasi Khusus, yaitu transmigrasi yang dilaksanakan degan tujuan tertentu, seperti penduduk yang terkena bencana alam dan daerah yang terkena pembangunan proyek
Transmigrasi Spontan (swakarsa), yaitu transmigrasi yang dilakukan oleh seseorang atas kemauan dan biaya sendiri
Transmigrasi Lokal, yaitu transmigrasi dari suatu daerah ke daerah yang lain dalam propinsi atau pulau yang sama
*
Ruralisasi, yaitu perpindahan penduduk dari kota ke desa dengan tujuan menetap. Ruralisasi merupakan kebalikan dari urbanisasi.  
Selain jenis migrasi yang disebutkan di atas, terdapat jenis migrasi yang disebut evakuasi. Evakuasi adalah perpindahan penduduk yang yang terjadi karena adanya ancaman akibat bahaya perang, bencana alam dan sebagainya. Evakuasi dapat bersifat nasional maupun internasional.


3. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Migrasi

Secara umum faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi, adalah sebagai berikut :
a..

b

c.

d.


e
.
f
Faktor ekonomi, yaitu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di tempat yang baru
Faktor keselamatan, yaitu ingin menyelamatkan diri dari bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi, banjir, gunung meletus dan bencana alam lainnya
Faktor keamanan, yaitu migrasi yang terjadi akibat adanya gangguan keamanan seperti peperangan, dan konflik antar kelompok
Faktor politik, yaitu migrasi yang terjadi oleh adanya perbedaan politik di antara warga masyarakat seperti RRC dan Uni Soviet (Rusia) yang berfaham komunis
Faktor agama, yaitu migrasi yang terjadi karena perbedaan agama, misalnya terjadi antara Pakistan dan India setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris
Faktor kepentingan pembangunan, yaitu migrasi yang terjadi karena daerahnya terkena proyek pembangunan seperti pembangunan bendungan untuk irigasi dan PLTA
g.Faktor pendidikan, yaitu migrasi yang terjadi karena ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi


Faktor-faktor yang mempengaruhi orang mengambil keputusan untuk bermigrasi dan proses migrasi adalah faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, di daerah tujuan, faktor penghalang antara dan faktor-faktor pribadi. Model yang sering digunakan untuk menganalisis migrasi penduduk di suatu wilayah adalah model “dorong-tarik” (push-pull factors).
Kecilnya kepemilikan lahan di daerah asal menyebabkan mereka melakukan migrasi ke daerah lain yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Jadi daerah tujuan mempunyai nilai kefaedahan yang lebih tinggi dibandingkan daerah asal.
Menurut Lee (1966), Todaro (1979) dan Titus (1982) bahwa motivasi utama seseorang untuk pindah adalah motif ekonomi, yakni karena adanya ketimpangan ekonomi antara berbagai daerah. Todaro menyebut motif utama tersebut sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana mobilitas ke kota mempunyai dua harapan, yaitu untuk memperoleh pekerjaan dan untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dari yang diperoleh di desa.
Selain faktor ekonomi, arah pergerakan penduduk juga ditentukan faktor lain, seperti jarak, biaya dan informasi yang diperoleh. Kota atau daerah tujuan yang berjarak jauh dengan desa asal cenderung menghasilkan mobilitas permanen, yang berjarak sedang menghasilkan mobilitas sirkuler, dan yang berjarak dekat dilakukan secara ulang alik (commuting).
Selanjutnya menurut Lee (1966) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk migrasi berbeda-beda dan kompleks, antara lain: (1) faktor-faktor sosial, termasuk keinginan migran melepaskan diri dari batas-batas tradisional yang berupa struktur sosial desa yang menghambat; (2) faktor-faktor fisik, termasuk bencana iklim dan meteorologis seperti banjir, kekeringan, dan kelaparan yang memaksa orang-orang untuk mencari lingkungan hidup alternatif; (3) faktor-faktor demografis, termasuk penurunan angka kematian, dan dalam waktu bersamaan angka pertumbuhan penduduk desa yang tinggi yang mengarah pada naiknya kepadatan penduduk desa secara cepat; (4) faktor-faktor budaya, termasuk adanya hubungan keluarga luas di kota yang menyediakan jaminan finansial awal bagi migran baru, dan daya tarik seperti apa yang biasa disebut cahaya kota yang gemerlapan dan (5) faktor-faktor komunikasi, yang merupakan akibat peningkatan transportasi, sistem pendidikan yang berwawasan kota, dan pengaruh modernisasi media massa.
4. Jenis – Jenis Imigran
Selanjutnya jika dilihat dari status dan pola mobilitasnya terdapat beberapa penggolongan migran. Status mobilitas menurut Standing (1991) dibedakan atas dua kategori yaitu migran sementara dan migran jangka panjang.


1. Migran sementara
Adalah mereka yang berpindah tempat kegiatannya tetapi tetap tempat tinggalnya yang ‘biasa’. Pengertian biasa dalam konsep ini adalah tempat tinggal yang menurut migran adalah tempat tinggalnya yang sebenarnya, yang tetap. Dalam kategori ini terdapat tiga sub kategori yaitu (a). Migran sirkuler : adalah suatu perpindahan yang dilakukan untuk jangka waktu pendek dengan tujuan kembali ke tempat tinggal biasa. Migran ini akan kembali bekerja di daerah asal, jika tidak terdapat lagi kemungkinan adanya pekerjaan musiman di daerah lain tersebut. (b). Migran tahap daur hidup (life cycle stage migrant) adalah mereka yang berpindah kegiatannya tetapi tetap tempat tinggalnya. Dalam sub-kategori ini lebih menekankan kepada adat/tradisi/kebiasaan di suatu daerah yang mengharuskan penduduknya untuk meninggalkan desanya dalam suatu tahap daur hidupnya. (c). Pelaju (Commuter), yaitu mereka yang bepergian untuk melakukan kegiatan khusus, biasanya kegiatan ekonomi, namun tempat tinggalnya tetap di daerah asal.
2. Migran jangka panjang
Adalah mereka yang ketika berpindah berubah tempat tinggalnya yang biasa dan tempat kegiatannya untuk jangka waktu lama. Dalam kategori ini terdapat dua sub kategori utama yaitu migran kehidupan kerja dan migran sepanjang hidup yaitu (a). Migran kehidupan kerja (working-life migrants), dimana mereka meninggalkan wilayah untuk menghabiskan kehidupan kerja, namun tetap mempunyai hubungan dengan kampungnya, misalnya sebidang tanah atau suatu bagian dalam suatu usaha pertanian, bisnis, sekedar jaringan keturunan atau teman. Migran ini bermaksud kembali, namun jelas telah beralih dari tempat tinggalnya yang ‘biasa’. (b). Migran sepanjang hidup, dimana mereka meninggalkan daerah asal dan memutuskan semua hubungan dengan daerah asalnya atau tidak berkeinginan kembali ke daerah asal.
Dalam konteks kaitan ekonomi migran ke daerah asal, Connel (1974), mengemukakan hubungan migran dengan daerah asal dinegara-negara berkembang dikenal sangat erat. Penelitian yang dilakukan oleh Mantra (1992) di Yogyakarta, Bandung dan Samarinda menemukan banyak migran yang mengirimkan uangnya ke desa (remiten). Persentase migran yang memberi remiten secara teratur kepada keluarga batih di Yogyakarta lebih besar dari pada di Bandung dan Samarinda. Kalau remiten dapat dipandang sebagai indikator keeratan hubungan antara migran dengan masyarakat, maka berarti migran di Yogyakarta mempunyai keeratan hubungan yang paling tinggi, kemudian diikuti Bandung dan terakhir Samarinda.
5. PERBEDAAN INMIGRASI DAN OUTMIGRASI
Inmigrasi adalah perpindahan penduduk yang masuk ke suatu daerah tertentu sedangkan outmigrasi adalah perpindahan penduduk yang keluar dari daerah tertentu.






 
 

Pertumbuhan Penduduk Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Pertumbuhan penduduk merupakan perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan faktor non alami.
Migrasi ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi masuk (imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi keluar (emigrasi). Dengan kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat dicegah. Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau mencolok.
Sesuai dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka tiap-tiap masyarakat atau negara, pertumbuhan penduduknya mengalami 4 periode yaitu:
  • Periode I
Pada periode ini pertumbuhan penduduk berjalan dengan lambat yang ditandai dengan adanya tingkat kelahiran dan kematian yang rendah sehingga disebut periode statis.
  • Periode II
Tahap kedua ini angka kematian mulai turun karena adanya perbaikan gizi makanan dan kesehatan. Akibat dari itu semua pertumbuhan penduduk menjadi cepat mengingat angka kelahiran yang masih tinggi.
  • Periode III
Periode ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan penduduk mulai turun. Tingkat kematian pada periode ini stabil sampai pada tingkat rendah dan angka kelahiran menurun, penyebabnya antara lain adanya pembatasan jumlah anggota keluarga.
  • Periode IV
Pada masa ini tingkat kematian stabil, tetapi tingkat kelahiran menurun secara perlahan sehingga pertumbuhan penduduk rendah. Periode ini di sebut periode penduduk stasioner.
Dari empat periode di atas, pertumbuhan penduduk Indonesia berada pada periode kedua dan sekarang sedang menuju periode ketiga

1.2   Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Masalah utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena, pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pengangguran di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus membengkak. Sebelum krisis ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran di Indonesia pada umumnya di bawah 5 persen dan pada tahun 1997 sebesar 5,7 persen. Tingkat pengangguran sebesar 5,7 persen masih merupakan pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah adalah suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan. Tingkat pengangguran alamiah ini sekitar 5 - 6 persen atau kurang. Artinya jika tingkat pengangguran paling tinggi 5 persen itu berarti bahwa perekonomian dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).
Peningkatan angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi tidak saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).




BAB II
PEMBAHASAN

2.1   Perencanaan Pembangunan Ekonomi
Perencanaan pembangunan ekonomi merupakan sarana utama kearah tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu negara dapat menentukan serangkaian sasaran ekonomi secara kuantitatif dalam periode tertentu. Melalui perencanaan pembangunan suatu negara dapat memobilisasi sumber daya yang terbatas untuk memperoleh hasil yang optimal dengan lancar, progresif dan seimbang. Hal seperti ini tidak akan dicapai dengan menye-rahkan begitu saja pada mekanisme pasar seperti yang dipercayai kaum klasik.
Menyadari hal yang demikian, maka sejak Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia telah menyusun perencanaan pembangunan ekonomi yang komprehensif dan parsial. Pada masa Soekarno menjadi Presiden telah dibuat perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dikenal dengan Pemba-ngunan Rakyat Semesta (Permesta) dan pada pemerintahan Soeharto telah disusun pula perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), mulai dari Repelita I hingga Repelita VI. Dalam melaksanakan REPELITA tersebut, mulai Pelita I hingga Pelita V, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia selalu mengacu pada konsep “Trilogi Pembangunan” yang meliputi:
1.      Stabilitas (ekonomi) nasional,
2.      Pertumbuhan ekonomi, dan
3.      Pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) cukup tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun dan adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari sebesar 70 US$ (1970) menjadi 1080 US$ pada tahun 1996 (World Bank 2005) merupakan dampak dari semakin rendahnya tingkat inflasi yang terjadi. Pada awal pembangunan PJP I, tingkat inflasi di Indonesia (1965) mencapai 650 persen. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah Indonesia
dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen. Keberhasilan menekan tingkat inflasi sedemikian rupa berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita rakyat Indonesia yang meningkat cukup signifikan.
Sejak dimulainya pembangunan Lima Tahun I (Pelita I) tahun 1969 hingga berakhirnya Pelita V (1994) atau selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP I), pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun. Pendapatan per kapita telah pula meningkat dari 70 US$ pada tahun 1970 menjadi 950 US$ tahun 1990 dan meningkat lagi menjadi 1080 US$ pada tahun 1996. Ini berarti bahwa, selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama pendapatan per kapita Indonesia telah meningkat sekitar 15 kali lipat dibandingkan dengan pendapatan per kapita pada tahun 1970. Dilihat dari pendapatan per kapita ini, maka pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia selama PJP I ini dapat dikatakan berhasil dan sukses.
Perkembangan tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (1969-1994) yang cukup tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun dan adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari sebesar 70 US$ menjadi di atas 1000 US$ merupakan dampak dari semakin rendahnya tingkat inflasi yang terjadi. Pada awal pem-bangunan PJP I, tingkat inflasi di Indonesia (1965) mencapai 650 persen. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen.

2.2   Keterkaitan Masalah Kependudukan dengan Pembangunan Ekonomi
Masalah kependudukan erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi. Selain menyangkut produk nasional riel dan produk per kapita riel, juga terjadi perubahan- perubahan institutional dan perubahan-perubahan struktural ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin dari perubahan atau pergeseran peranan sumbangan sektor- sektor ekonomi dalam produk dan pendapatan nasional.
Masalah kepadatan penduduk, kecepatan perkembangannya, penyebarannya yang tidak merata, produktivitas rata- rata yang relative rendah, pengangguran dan masalah underitilized dari angkatan kerja tersebut, telah lama menjadi pusat perhatian dan merupakan bagian dari sasaran perbaikan dalam strategi pembangunan Indonesia. Dengan demikian perlu disadari, bahwa pemecahan untuk masalah- masalah tersebut meliputi aspek- aspek perluasan pendidikan dan peningkatan keterampilan, pembinaan dan pengembangan kewiraswastaan yang memungkinkan tumbuhnya self creating jobs ataupun self employment, di samping peningkatan dan perluasan investasi yang lebih berorientasi kepada kegiatan- kegiatan yang padat karya dan program-program konvensional lain seperti keluarga berencana dan transmigrasi.
Pertumbuhan penduduk di kebanyakan negara yang ekonominya tengah berkembang adalah akibat tingkat kelahiran yang tinggi dibarengi oleh tingkat kematian yang menurun. Tingkat kelahiran yang tinggi ini dalam banyak hal menyebabkan bahwa pola usia penduduk cenderung pada usia anak- anak, sehingga penduduk yang dewasa dan menduduki yang secara ekonomis adalah usia paling produktif, berkurang secara proposional. Tingkat kematian menurun terutama pada lapisan penduduk berusia rendah, seperti bayi dan anak- anak, sehingga proposi anak meningkat. Struktur penduduk dengan pola usia dan burden of dependency seperti ini pada umumnya tidak menumbuhkan semangat pembangunan.
Penyebab utama perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang bertumpu pada perbedaan tingkat kelahiran. Kesenjangan tingkat kematian antara Negara-negara maju dan berkembang semakin lama semakin kecil. Penyebab utamanya adalah membaiknya kondisi kesehatan di seluruh Negara-negara dunia ketiga. Bagi kebanyakan Negara berkembang, tingkat kematian bayi telah mengalami penurunan besar selama beberapa decade terakhir sehingga harapan hidup menjadi lebih lama.


2.3   Teori Pendukung Keterkaitan Pertumbuhan Penduduk dengan Pembangunan Ekonomi
2.3.1       Teori jebakan populasi Malthus
Jumlah penduduk di suartu Negara akan menigkat sangat cepat sesuai dengan deret ukur atau tingkat geometric. Sementara, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari suatu factor produksi yang jumlahnya tetap, maka persediaan pangan hanya akan meningkat menurut deret hitung atau deret aritmatik. Karena pertumbuhan pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai dengan kecepatan pertambahan penduduk, maka pendapatan per kjapita cenderung terus mengalami penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten. Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang kronis tersebut adalah dengan “penanaman kesadaran moral” di kalangan segenap penduduk dan kesediaan untuk membatasi jumlah kelahiran.
Jika pendapatan agregat dari suatu Negara meningkat lebih cepat maka secara definitive pendapatan per kapita juga meningkat. Seandainya pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada peningkatan pendapatan total, maka dengan sendirinya pendapatan per kapita akan menurun. Bila makin banyak penduduk maka saving dan investasi juga makin tinggi sehingga pendapatan per kapita meningkat. Namun jika terlalu banyak saving, pendapatan per kapita bisa menurun.
Bangsa-bangsa miskin tidak bisa bangkit dari pendapatan subsisten tanpa pengendalian preventif (pengendalian kelahiran). Atau, pertambahan penduduk hanya bisa dihambat dengan pengendalian positif (kelaparan, penyakit, perang).

Ada dua kelemahan teori Malthus:
1.    Model ini tidak memperhitungkan kemajuan teknologi dan dampaknya yang besar dalam peningkatan produksi tanah. Jika teknologi dimasukkan dalam model ini maka pada semua tingkat pendapatan per kapita posisinya selalu lebih tinggi dari kurva pertumbuhan penduduk.
2.    Tidak ada korelasi pasti dan jelas antara laju pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita di kalangan Negara-negara dunia ketiga. Tingkat kelahiran tidak memiliki hubungan yang baku dengan tingkat pendapatan per kapita.
Alasan penolakan atas model Malthus:
1.    Malthus tidak memperhitungkan perkembangan teknologi yg bisa menciptakan increasing return to scale.
2.    Hipotetis mengenai hubungan (makro) antara pertumbuhan penduduk dengan pendapatan perkapita, secara empiris tidak terbukti.
3.    Teori tersebut bertumpu pada variabel ekonomi yang keliru yaitu tkt pendapatan perkapita sebagai determinan utama pertumbuhan penduduk.


2.3.2          Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
Teori ini Mengadopsi teori perilaku konsumen konvensional. Anak dianggap sebagai barang konsumsi (tidak memberi keuntungan). Permintaan anak merupakan pilihan ekonomi yang rasional bagi konsumen. Pilihan tsb mengorbankan pilihan (barang) lain. Keinginan punya anak dipengaruhi oleh income, harga anak (biaya hidup) dan keinginan mengkonsumsi barang lain (efek substitusi dan pendapatan).
1.      Permintaan terhadap anak berhubungan positif dengan pendapatan
2.      Permintaan terhadap anak berhubungan negative terhadap harga relative (biaya pemeliharaan) anak serta preferensi untuk barang-barang lain.

2.3.3    Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi 2 :
1.      Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
a. Frederich list (1789- 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi menurut frederich listber adalah tingkat-tingkat yang dikenal dengan sebutan Stuffen theorien (teori tangga). Adapun tahapan-tahapan pertumbuhan ekonomi dibagi 4 sebagai berikut :


1.      Masa berburu dan mengembara
Pada masa ini manusia belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangatmengantungkan diri pada pemberian alam dan untuk memenuhi kebutuhan hidupsendiri
2.      Masa berternak dan bertanam
Pada masa ini manusia sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga mereka bermata pencaharian bertanam
3.      Masa Bertani dan kerajinan
Pada masa ini manusia sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang mereka tanam kerajinan hanya mengajar usaha sampingan.
4.      Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.
Pada masa ini kerajinan bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagaikebutuhan untuk di jual ke pasar, sehingga industri berkembang dari industrikerajinan menjadi industri besar.
b. Karu Bucher (1847- 1930)
Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4
1.       Rumah tangga tertutup
2.      Rumah tangga kota
3.      Rumah tangga bangsa
4.      Rumah tangga dunia
c. Werner sombart (1863- 1947)
1.      Prakapitalisme (Varkapitalisme)
2.      Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)
3.      Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)
4.      Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)
d. Walt Whitmen Rosfow (1916- 1979)
1.      Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)
2.      Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)
3.      Lepas landas cake off)
4.      Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)
5.      Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)

2.      Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik
Teori pertumbuhan menurut Adam Smith An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib) Pertumbuhan ekonomi ditandai oleh dua fakto yang saling berkaitan :   1. Pertumbuhan penduduk
2. Pertumbuhan output total
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1.      sumber-sumber alam
2.      tenaga kerja (pertumbuhan penduduk
3.      jumlah persediaan
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hinggamenjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas RobertMalthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut derethitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurutderet ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saatperekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.
Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik
1. Robert Sollow Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua faktor input utama.Yaitu modal dan tenaga kerja.
2. RF. Harrod dan Evsey Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dandomar akan terjadi apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) danproduktivitas tenaga kerja.
3. J. Schumpeter, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanyaproses inovasi-inovasi (penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yangdilakukan oleh para pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.
2.4       Hal yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja (yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan pendududuk) secara tradisional dianggap sebagai salah satu factor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun demikian, kita masih mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara mereka yang mengalami kelebihan tenaga kerja) benar- benar akan memberikan dampak positif, atau justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya. Sebenarnya, hal tersebut (positif atau negativenya pertambahan penduduk bagi upaya pembangunan ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonimian yang bersangkutan untuk menyerap dan secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut dipengaruhi oleh tingkat jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan administrasi.





BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi penduduk suatu negara.
Pertumbuhan penduduk mempengaruhi stabilitas, baik stabilitas politik maupun sosial, berkat pengaruhnya kepada pencapaian keseimbangan di dalam negeri dan peningkatan jumlah penduduk sebagai sumber kekuasaan politik dan militer. Stabilitas serupa ini dapat memberikan motivasi pembangunan.
Pertumbuhan penduduk tidaklah apriori yang bersifat merugikan atau apriori yang bersifat menguntungkan pembangunan. Pertumbuhan penduduk memiliki kemampuan untuk memberi pengaruh yang bersifat baik dan buruk. Maka net-effect dari kedua kekuatan yang menambah dan mengurangi pendapatan merupakan hasil akhir dari pengaruh pertumbuhan penduduk pada pembangunan. Hasil akhir serupa ini dapat berbeda- beda untuk masing- masing negara. Hal ini bergantung kepada kondisi- kondisi yang memungkinkan faktor- factor mana yang terutama dapat berlaku. Untuk keperluan analisis kita adalah penting untuk menjelajah sampai berapa jauh pertumbuhan penduduk memberi pengaruh kepada pembangunan ekonomi Indonesia.



DAFTAR PUSTAKA