BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung
sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan “per
waktu unit” untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada
semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara
informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada
pertumbuhan penduduk
dunia.
Pertumbuhan
penduduk merupakan perubahan
jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu
kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk
(migrasi). Kelahiran
dan kematian dinamakan faktor alami, sedangkan perpindahan penduduk dinamakan
faktor non alami.
Migrasi
ada dua yaitu migrasi yang dapat menambah jumlah penduduk disebut migrasi
masuk (imigrasi), dan yang dapat mengurangi penduduk disebut migrasi
keluar (emigrasi). Dengan
kemajuan teknologi kesehatan kelahiran dapat diatur dan kematian dapat dicegah.
Ini semua mengakibatkan menurunnya angka kematian secara drastis atau mencolok.
Sesuai
dengan tingkat kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi maka tiap-tiap
masyarakat atau negara, pertumbuhan penduduknya mengalami 4 periode yaitu:
Pada periode ini pertumbuhan penduduk berjalan dengan lambat
yang ditandai dengan adanya tingkat kelahiran dan kematian yang rendah sehingga
disebut periode statis.
Tahap kedua ini angka kematian mulai turun karena adanya
perbaikan gizi makanan dan kesehatan. Akibat dari itu semua pertumbuhan
penduduk menjadi cepat mengingat angka kelahiran yang masih tinggi.
Periode ini ditandai dengan tingkat pertumbuhan penduduk
mulai turun. Tingkat kematian pada periode ini stabil sampai pada tingkat
rendah dan angka kelahiran menurun, penyebabnya antara lain adanya pembatasan
jumlah anggota keluarga.
Pada masa ini tingkat kematian stabil, tetapi tingkat
kelahiran menurun secara perlahan sehingga pertumbuhan penduduk rendah. Periode
ini di sebut periode penduduk stasioner.
Dari empat periode di atas, pertumbuhan penduduk Indonesia berada
pada periode kedua dan sekarang sedang menuju periode ketiga
1.2 Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.
Perbedaan
antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat
kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output
produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan ekonomi lebih bersifat
kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga terdapat
perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai
sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, sosial dan teknik.
Masalah
utama dan mendasar dalam ketenagakerjaan di Indonesia adalah masalah upah yang
rendah dan tingkat pengangguran yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena,
pertambahan tenaga kerja baru jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan
lapangan kerja yang dapat disediakan setiap tahunnya. Pertumbuhan tenaga kerja
yang lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan lapangan kerja menimbulkan
pengangguran yang tinggi. Pengangguran merupakan salah satu masalah utama dalam
jangka pendek yang selalu dihadapi setiap negara. Karena itu, setiap
perekonomian dan negara pasti menghadapi masalah pengangguran, yaitu
pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).
Pengangguran
di Indonesia menjadi masalah yang terus menerus membengkak. Sebelum krisis
ekonomi tahun 1997, tingkat pengangguran di Indonesia pada umumnya di bawah 5
persen dan pada tahun 1997 sebesar 5,7 persen. Tingkat pengangguran sebesar 5,7
persen masih merupakan pengangguran alamiah. Tingkat pengangguran alamiah
adalah suatu tingkat pengangguran yang alamiah dan tak mungkin dihilangkan.
Tingkat pengangguran alamiah ini sekitar 5 - 6 persen atau kurang. Artinya jika
tingkat pengangguran paling tinggi 5 persen itu berarti bahwa perekonomian
dalam kondisi penggunaan tenaga kerja penuh (full employment).
Peningkatan
angkatan kerja baru yang lebih besar dibandingkan dengan lapangan kerja yang
tersedia terus menunjukkan jurang (gap) yang terus membesar. Kondisi tersebut
semakin membesar setelah krisis ekonomi. Dengan adanya krisis ekonomi tidak
saja jurang antara peningkatan angkatan kerja baru dengan penyediaan lapangan
kerja yang rendah terus makin dalam, tetapi juga terjadi pemutusan hubungan
kerja (PHK).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan
Pembangunan Ekonomi
Perencanaan
pembangunan ekonomi merupakan sarana utama kearah tercapainya pertumbuhan
ekonomi yang tinggi. Dengan perencanaan pembangunan ekonomi suatu negara dapat
menentukan serangkaian sasaran ekonomi secara kuantitatif dalam periode
tertentu. Melalui perencanaan pembangunan suatu negara dapat memobilisasi
sumber daya yang terbatas untuk memperoleh hasil yang optimal dengan lancar,
progresif dan seimbang. Hal seperti ini tidak akan dicapai dengan menye-rahkan
begitu saja pada mekanisme pasar seperti yang dipercayai kaum klasik.
Menyadari
hal yang demikian, maka sejak Indonesia merdeka, pemerintah Indonesia telah
menyusun perencanaan pembangunan ekonomi yang komprehensif dan parsial. Pada
masa Soekarno menjadi Presiden telah dibuat perencanaan pembangunan ekonomi
Indonesia yang dikenal dengan Pemba-ngunan Rakyat Semesta (Permesta) dan pada
pemerintahan Soeharto telah disusun pula perencanaan pembangunan ekonomi
Indonesia yang dikenal dengan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), mulai
dari Repelita I hingga Repelita VI. Dalam melaksanakan REPELITA tersebut, mulai
Pelita I hingga Pelita V, perencanaan pembangunan ekonomi Indonesia selalu
mengacu pada konsep “Trilogi Pembangunan” yang meliputi:
1. Stabilitas (ekonomi) nasional,
2. Pertumbuhan ekonomi, dan
3. Pemerataan hasil-hasil pembangunan.
Perkembangan
tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang
Tahap I (1969-1994) cukup tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun dan
adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari sebesar 70 US$ (1970)
menjadi 1080 US$ pada tahun 1996 (World Bank 2005) merupakan dampak dari
semakin rendahnya tingkat inflasi yang terjadi. Pada awal pembangunan PJP I,
tingkat inflasi di Indonesia (1965) mencapai 650 persen. Dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah Indonesia
dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5 persen.
Keberhasilan menekan tingkat inflasi sedemikian rupa berdampak pada pertumbuhan
ekonomi dan pendapatan per kapita rakyat Indonesia yang meningkat cukup
signifikan.
Sejak
dimulainya pembangunan Lima Tahun I (Pelita I) tahun 1969 hingga berakhirnya
Pelita V (1994) atau selama Pembangunan Jangka Panjang Tahap Pertama (PJP I),
pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per
tahun. Pendapatan per kapita telah pula meningkat dari 70 US$ pada tahun 1970
menjadi 950 US$ tahun 1990 dan meningkat lagi menjadi 1080 US$ pada tahun 1996.
Ini berarti bahwa, selama Pembangunan Jangka Panjang Pertama pendapatan per
kapita Indonesia telah meningkat sekitar 15 kali lipat dibandingkan dengan
pendapatan per kapita pada tahun 1970. Dilihat dari pendapatan per kapita ini,
maka pembangunan yang telah dilaksanakan di Indonesia selama PJP I ini dapat
dikatakan berhasil dan sukses.
Perkembangan
tingkat pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama Pembangunan Jangka Panjang
Tahap I (1969-1994) yang cukup tinggi yaitu rata-rata 6,8 persen per tahun dan
adanya peningkatan pendapatan per kapita masyarakat dari sebesar 70 US$ menjadi
di atas 1000 US$ merupakan dampak dari semakin rendahnya tingkat inflasi yang
terjadi. Pada awal pem-bangunan PJP I, tingkat inflasi di Indonesia (1965)
mencapai 650 persen. Dengan adanya kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah
Indonesia dari tahun ke tahun tingkat inflasi dapat ditekan hingga di bawah 5
persen.
2.2
Keterkaitan Masalah Kependudukan dengan Pembangunan Ekonomi
Masalah
kependudukan erat kaitannya dengan pembangunan ekonomi. Selain
menyangkut produk nasional riel dan produk per
kapita riel, juga terjadi perubahan- perubahan
institutional dan perubahan-perubahan struktural
ekonomi masyarakat. Hal ini tercermin dari
perubahan atau pergeseran peranan sumbangan sektor- sektor ekonomi dalam produk dan pendapatan nasional.
Masalah
kepadatan penduduk, kecepatan
perkembangannya, penyebarannya yang tidak
merata, produktivitas rata- rata yang relative
rendah, pengangguran dan masalah underitilized dari angkatan kerja tersebut, telah lama menjadi pusat perhatian dan merupakan bagian dari sasaran perbaikan dalam strategi pembangunan Indonesia. Dengan demikian perlu disadari, bahwa pemecahan untuk masalah- masalah tersebut meliputi aspek- aspek perluasan pendidikan dan peningkatan
keterampilan, pembinaan dan pengembangan
kewiraswastaan yang memungkinkan tumbuhnya
self creating jobs ataupun self employment, di samping peningkatan dan perluasan investasi yang lebih berorientasi kepada kegiatan- kegiatan yang padat karya dan program-program konvensional lain
seperti keluarga berencana dan transmigrasi.
Pertumbuhan
penduduk di kebanyakan
negara yang ekonominya tengah berkembang
adalah akibat tingkat kelahiran yang tinggi
dibarengi oleh tingkat kematian yang menurun.
Tingkat kelahiran yang tinggi ini dalam banyak hal menyebabkan bahwa pola usia penduduk cenderung pada usia anak- anak, sehingga penduduk yang dewasa dan menduduki yang secara ekonomis adalah usia paling produktif,
berkurang secara proposional. Tingkat kematian
menurun terutama pada lapisan penduduk berusia rendah, seperti bayi dan anak- anak, sehingga proposi anak meningkat. Struktur penduduk dengan pola usia dan burden of dependency seperti ini pada umumnya
tidak menumbuhkan semangat pembangunan.
Penyebab utama perbedaan laju
pertumbuhan penduduk antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang
bertumpu pada perbedaan tingkat kelahiran. Kesenjangan tingkat kematian antara
Negara-negara maju dan berkembang semakin lama semakin kecil. Penyebab utamanya
adalah membaiknya kondisi kesehatan di seluruh Negara-negara dunia ketiga. Bagi
kebanyakan Negara berkembang, tingkat kematian bayi telah mengalami penurunan
besar selama beberapa decade terakhir sehingga harapan hidup menjadi lebih
lama.
2.3 Teori Pendukung Keterkaitan Pertumbuhan
Penduduk dengan Pembangunan Ekonomi
2.3.1 Teori jebakan populasi Malthus
Jumlah penduduk di suartu Negara
akan menigkat sangat cepat sesuai dengan deret ukur atau tingkat geometric.
Sementara, karena adanya proses pertambahan hasil yang semakin berkurang dari
suatu factor produksi yang jumlahnya tetap, maka persediaan pangan hanya akan
meningkat menurut deret hitung atau deret aritmatik. Karena pertumbuhan
pengadaan pangan tidak dapat berpacu secara memadai dengan kecepatan
pertambahan penduduk, maka pendapatan per kjapita cenderung terus mengalami
penurunan sampai sedemikian rendahnya sehingga segenap populasi harus bertahan
pada kondisi sedikit di atas tingkat subsisten. Satu-satunya cara untuk
mengatasi masalah rendahnya taraf hidup yang kronis tersebut adalah dengan
“penanaman kesadaran moral” di kalangan segenap penduduk dan kesediaan untuk
membatasi jumlah kelahiran.
Jika pendapatan agregat dari suatu
Negara meningkat lebih cepat maka secara definitive pendapatan per kapita juga
meningkat. Seandainya pertumbuhan penduduk lebih cepat dari pada peningkatan
pendapatan total, maka dengan sendirinya pendapatan per kapita akan menurun.
Bila makin banyak penduduk maka saving dan investasi juga makin tinggi sehingga
pendapatan per kapita meningkat. Namun jika terlalu banyak saving, pendapatan
per kapita bisa menurun.
Bangsa-bangsa miskin tidak bisa
bangkit dari pendapatan subsisten tanpa pengendalian preventif (pengendalian
kelahiran). Atau, pertambahan penduduk hanya bisa dihambat dengan pengendalian
positif (kelaparan, penyakit, perang).
Ada dua kelemahan teori Malthus:
1. Model ini tidak memperhitungkan
kemajuan teknologi dan dampaknya yang besar dalam peningkatan produksi tanah.
Jika teknologi dimasukkan dalam model ini maka pada semua tingkat pendapatan
per kapita posisinya selalu lebih tinggi dari kurva pertumbuhan penduduk.
2. Tidak ada korelasi pasti dan jelas
antara laju pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan per kapita di kalangan
Negara-negara dunia ketiga. Tingkat kelahiran tidak memiliki hubungan yang baku
dengan tingkat pendapatan per kapita.
Alasan penolakan atas model Malthus:
1. Malthus tidak memperhitungkan
perkembangan teknologi yg bisa menciptakan increasing return to scale.
2. Hipotetis mengenai hubungan (makro)
antara pertumbuhan penduduk dengan pendapatan perkapita, secara empiris tidak
terbukti.
3. Teori tersebut bertumpu pada
variabel ekonomi yang keliru yaitu tkt pendapatan perkapita sebagai determinan
utama pertumbuhan penduduk.
2.3.2 Teori Mikroekonomi Fertilitas Rumah Tangga
Teori ini Mengadopsi teori perilaku
konsumen konvensional. Anak dianggap sebagai barang konsumsi (tidak memberi
keuntungan). Permintaan anak merupakan pilihan ekonomi yang rasional bagi
konsumen. Pilihan tsb mengorbankan pilihan (barang) lain. Keinginan punya anak
dipengaruhi oleh income, harga anak (biaya hidup) dan keinginan mengkonsumsi
barang lain (efek substitusi dan pendapatan).
1. Permintaan terhadap anak berhubungan
positif dengan pendapatan
2. Permintaan terhadap anak berhubungan
negative terhadap harga relative (biaya pemeliharaan) anak serta preferensi
untuk barang-barang lain.
2.3.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat dibagi menjadi 2 :
1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Historis
a. Frederich list (1789- 1846)
Tahap-tahap pertumbuhan
ekonomi menurut frederich listber adalah tingkat-tingkat
yang dikenal dengan
sebutan Stuffen theorien (teori tangga). Adapun tahapan-tahapan
pertumbuhan ekonomi dibagi 4 sebagai berikut :
1.
Masa berburu dan mengembara
Pada masa ini manusia
belum memenuhi kebutuhan hidupnya sangatmengantungkan diri pada pemberian alam
dan untuk memenuhi kebutuhan hidupsendiri
2.
Masa berternak dan bertanam
Pada masa ini manusia
sudah mulai berpikir untuk hidup menetap. Sehingga
mereka bermata
pencaharian bertanam
3.
Masa Bertani dan kerajinan
Pada masa ini manusia
sudah hidup menetap sambil memelihara tanaman yang
mereka tanam kerajinan
hanya mengajar usaha sampingan.
4.
Masa kerajinan, Industri, dan perdagangan.
Pada masa ini kerajinan
bukan sebagai usaha sampingan melainkan sebagaikebutuhan untuk di jual ke
pasar, sehingga industri berkembang dari industrikerajinan menjadi industri
besar.
b. Karu Bucher (1847- 1930)
Tahap Perekonomian dapat dibagi menjadi 4
1. Rumah tangga tertutup
2.
Rumah tangga kota
3. Rumah tangga bangsa
4. Rumah tangga dunia
c. Werner sombart (1863- 1947)
1.
Prakapitalisme (Varkapitalisme)
2.
Zaman kapitalis madya (buruh kapitalisme)
3.
Zaman kapitalai Raya (Hachkapitalismus)
4.
Zaman kapitalis akhir (spetkapitalismus)
d. Walt Whitmen Rosfow (1916- 1979)
1.
Masyakart tradisional (Teh Traditional Society)
2.
Persyaratan untuk lepas landas (Precondition for take off)
3.
Lepas landas cake off)
4.
Perekonomian yang matang / dewasa (Matarty of economic)
5.
Masa ekonomi konsumsi tinggi (high mass consumption)
2. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik dan Neoklasik
Teori pertumbuhan menurut Adam Smith An Inquiry into the
nature and causes of the wealth of the nation, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands
(Teori tangan-tangan gaib) Pertumbuhan
ekonomi ditandai oleh dua fakto yang saling berkaitan : 1. Pertumbuhan penduduk
2. Pertumbuhan output
total
Pertumbuhan output yang
akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1.
sumber-sumber alam
2.
tenaga kerja (pertumbuhan penduduk
3.
jumlah persediaan
Menurut
David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hinggamenjadi dua
kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Thomas RobertMalthus, menyatakan bahwa makanan
(hasil produksi) akan bertambah menurut derethitung (satu, dua, dan
seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurutderet ukur (satu, dua,
empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saatperekonomian
akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.
Teori pertumbuhan ekonomi Neoklasik
1. Robert Sollow Rober Sollow lahir pada tahun 1950 di Brookyn, ia seorang peraih
nobel di bidang dibidang ilmu ekonomi pada tahun 1987. Robert Sollow menekankan
perhatiannya pada pertumbuhan out put yang akan terjadi atas hasil kerja dua
faktor input utama.Yaitu modal dan tenaga kerja.
2. RF. Harrod dan Evsey
Domar tahun 1947 pertumbhan ekonomi menurut Harrod dandomar akan terjadi
apabila ada peningkatan produktivitas modal (MEC) danproduktivitas tenaga
kerja.
3. J. Schumpeter, pertumbuhan
ekonomi suatu negara ditentukan oleh adanyaproses inovasi-inovasi
(penemuan-penemuan baru di bidang teknologi produksi) yangdilakukan oleh para
pengusaha. Tanpa adanya inovasi, tidak ada pertumbuhan ekonomi.
2.4 Hal yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan Penduduk
dan Angkatan Kerja
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja
(yang terjadi beberapa tahun kemudian setelah pertumbuhan pendududuk) secara
tradisional dianggap sebagai salah satu factor positif yang memacu pertumbuhan
ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah
tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti
meningkatkan ukuran pasar domesticnya. Meskipun demikian, kita masih
mempertanyakan apakah begitu cepatnya pertumbuhan penawaran angkatan kerja di
Negara-negara berkembang (sehingga banyak diantara mereka yang mengalami
kelebihan tenaga kerja) benar- benar akan memberikan dampak positif, atau
justru negatif, terhadap pembangunan ekonominya. Sebenarnya, hal
tersebut (positif atau negativenya pertambahan penduduk
bagi upaya pembangunan ekonomi) sepenuhnya tergantung pada kemampuan sistem perekonimian yang bersangkutan untuk menyerap dan
secara produktif memanfaatkan tambahan tenaga kerja
tersebut. Adapun kemampuan itu sendiri lebih lanjut
dipengaruhi oleh tingkat jenis akumulasi modal dan tersedianya input atau factor-faktor penunjang, seperti kecakapan manajerial dan
administrasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan
fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.
Pertumbuhan
penduduk mempengaruhi
stabilitas, baik stabilitas politik maupun
sosial, berkat pengaruhnya kepada pencapaian
keseimbangan di dalam negeri dan peningkatan jumlah penduduk sebagai
sumber kekuasaan politik dan militer.
Stabilitas serupa ini dapat memberikan
motivasi pembangunan.
Pertumbuhan
penduduk tidaklah apriori yang bersifat merugikan atau apriori yang bersifat
menguntungkan pembangunan.
Pertumbuhan penduduk memiliki kemampuan
untuk memberi pengaruh yang bersifat baik dan buruk. Maka net-effect dari kedua
kekuatan yang menambah dan mengurangi pendapatan merupakan hasil akhir dari pengaruh pertumbuhan penduduk
pada pembangunan. Hasil akhir serupa ini dapat
berbeda- beda untuk masing- masing negara. Hal
ini bergantung kepada kondisi- kondisi yang memungkinkan faktor- factor mana yang terutama dapat berlaku. Untuk keperluan analisis kita adalah penting untuk menjelajah sampai berapa jauh pertumbuhan penduduk memberi pengaruh kepada pembangunan
ekonomi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA